Sabtu, 11 Desember 2010

Instalasi Penerangan

2.1. Jenis Saklar

Saklar termasuk bahan jadi yang merupakan alat yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik dari sumber tegangan menuju beban. Saklar sangat banyak macam dan ragamnya misalnya ; untuk keperluan instalasi penerangan, untuk tegangan tinggi, instalasi tenaga dan banyak lagi lainnya. Sebagai pengetahuan dasar cukup mengenal beberapa macam yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya ; dirumah, sekolah, dan tempat-tempat umum.
Jenis-jenis saklar pada dasarnya terbagi menjadi :
- Saklar manual
- Saklar megnetik (MC)
- Saklar otomatis
Macam-macam saklar yang digunakan untuk instalsi penerangan manual dan otomatis antara lain :

2.1.1. Impuls

Saklar impuls adalah suatu saklar yang bekerja berdasarkan prinsip kerja magnet, dimana posisi saklarnya akan berubah setiap impuls bekerja. Lamanya mengoperasikan dari kontak tekan tidak mempengaruhi sistem kerjanya. Saklar ini mempunyai dua posisi kontak, “off” pada impuls kedua dan kontak “on” pada posisi pertama.

Dalam mengendalikan (on dan off) suatu lampu menggunakan push button sebagai control Bantu, dipakai suatu saklar impuls yang bekerja oleh adanya impuls (sinyal) yang diberikan dari push button.

2.1.2. Saklar Tukar

Suatu ruangan yang telah dirancang sedemikian rupa berdasarkan fungsinya, misalnya ruang rapat yang mempunyai dua pintu masuk, dimana pengguna ruangan harus secara leluasa memilih pintu mana ia masuk. Jika terjadi hal seperti pada kondisi tersebut, maka tidak akan mungkin dapat dipenuhi jika pengaturan penerangannya menggunakan saklar satu arah atau seri. Oleh karena itu maka dibutuhkan saklar dua arah atau yang biasa disebut saklar tukar, dimana pengaturannya dapat dilakukan dri dua tempat secara bebas sesuai kebutuhan pemakai.

2.1.3. Staircase

Staircase merupakan jenis saklar yang bekerja secara magnetis yang akan memutus rangkaian secara magnetis sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan pada saat beban bekerja. Adapun simbol dari saklar staircase adalah sebagai berikut :
Staircase ini juga dapat digunakan untuk pengontrolan lampu yang menyala terus menerus tanpa ada pengaruh waktu.

2.1.4. Timer

Timer digunakan menghubungkan dan memutuskan instalasi secara otomatis berdasarkan jangka waktu tertentu.

Ada beberapa jenis timer yang beredar dipasaran, namun yang digunakan dalam praktek bengkel semester III adalah yang menggunakan piringan waktu, pada tepi piringan diukur garis pembagi waktu menjadi 24 bagian (24 segmen). Tiap bagian ekivalen dengan satu jam waktu. Piringan berputar satu kali dalam 24 jam. Saat-saat penghubung dan pemutus berikutnya dapat diatur dengan segmen yang dipasang ditepi piringan.


2.1.5. LDR (Lighting Dependent Resistor)

LDR digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan instalasi listrik secara otomatis dengan adanya gelap dan terang yang memungkinkan peralatan LDR dapat bekerja.

LDR memilik sebuah lubang kecil sebagai tempat masuknya cahaya. Cepat dan lambat penghubung dan pemutusan dapat diatur dengan mengatur besar kecilnya mulut cahaya LDR.


2.1.6. Relay

Relay merupakan sebuah saklar elektrik yang dapat mengubah kontak-kontak dari NO (Normally Open) menjadi NC (Normally close) sewaktu mendapat supply aliran listrik. Untuk mengendalikan suatu sistem dengan beban keadaan AC/DC biasanya dilakukan dengan saklar kerja magnetis ini.
Prinsip kerja dari relay adalah berdasarkan gejala elektro magnetic dimana terdiri dari lilitan kawat/kumparan, coil, yang dililitkan pada sebuah inti dari besi baja yang bersifat lunak. Apabila pada kumparan tersebut kita alirkan arus maka inti baja tersebut akan menarik jangkar dan relay dinamis dalam suatu type-type beragam-ragam tersedia untuk daerah kerja arus dan tegangan yang luas dan besa. Relay akan bekerja normal bila toleransi tegangan pada kumparan magnetnya adalah 85=110 % dana apabila tegangan kerja turun dari batas normalnya, maka relay akan bergetar.
Biasanya pada relay kontaktor terdapat beberapa kontak kontrol NO dan NC. Dalam batas waktu pemutusan, bunga api akan timbul. Untuk ini banyak digunakan relay yang mempunyai bentuk dan susunan tersendiri untuk memadamkan api tersebut.
Bila relay bekerja, kontak-kontak utama dan Bantu akan bekerja pada waktu yang bersamaan.

2.2. Pengaman

Pengaman alat-alat listrik sederhana khususnya yang digunakan didalam praktek bengkel semeseter III adalah sekring yang pada umumnya bertujuan mengamankan terhadap hubung singkat antara fasa dan netral.


Sekring (fuse) merupakan alat yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat banyak, karena rata-rata setiap rumah atau suatu rangkaian akhir ada sekringnya. Sekring atau fuse harus memutuskan rangkaian yang diamankan kalau arusnya menjadi lebih besar, dan bila sekring melebur (putus) harus diganti dengan yang baru dan tidak boleh dipakai lagi.

Sekring memiliki kawat isyarat dan kawat lebur dan masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda, kawat lebur terbuat dari perak dengan campuran beberapa logam lain, digunakan perak karena logam ini hampir tidak mengoksidasi dan hantarannya tinggi, jadi diameter kawat leburnya bisa sekecil mungkin. Sehingga jika kawatnya lebur tidak akan menimbulkan uap yang banyak. Dengan demikian kemungkinan terjadinya ledakan juga kecil sekali. Sedangkan kawat isyaratnya dihubungkan pararel dengan kawat lebur. Karena tahanannya besar, arus yang mengalir dalam kawat tersebut kecil. Pada ujung kawat ini terdapat sebuah piringan kecil berwarna yang berfungsi sebagai isyarat. Piringan isyarat ini menekan sebuah pegas kecil, jika kawat leburnya putus karena arus yang terlalu besar, kawat isyarat juga akan akan putus karena itu piringan isyaratnya akan lebur sehingga dapat diketahui bahwa kawat leburnya telah putus.
Dalam patron lebur juga terdapat pasir yang dimaksudkan untuk meredam bunga api yang timbul jika kawat leburnya putus.

2.3. Panel Hubung Bagi (PHB)

Panel hubung bagi adalah panel distribusi sekunder yang berisi peralatan control misalnya fuse, timer, kontaktor dan lain-lain. Panel hubung bagi selain untuk memperjelas pembagian group juga merupakan sentral atau pusat pengaturan dari seluruh sistem yang akan dikontrol.

Suatu hal yang umum untuk setiap pembuatan panel, konstruksi panel yang dipilih harus direncanakan, dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan lingkungannya.


2.4. Jenis Lampu

Sumber cahaya buatan yang digunakan sebagai pengganti cahaya matahari yang tidak dapat digunakan continue dan sebagai bentuk penerangan keindahan, sumber cahaya yang dimaksud adalah lampu. Lampu sendiri terdiri dari beberapa macam seperti lampu pijar, lampu TL (Tube Lamp), lampu neon, lampu merkuri, lampu sodium, lampu halogen dan lain-lain. Namun yang akan dibahas disini adalah lampu pijar dan lampu tanda yang dipergunakan pada praktek instalasi penerangan semester III.
2.4.1 Lampu pijar sebagai lampu penerangan.
Lampu penerangan pertama dibuat oleh T.A. Edison pada tahun 1879. Pada waktu yang sama swan di Inggris juga mencapai hasil yang kira-kira sama.
Lampu-lampu pertama itu menggunakan benang arang sebagai kawat pijar. Suhunya mencapai 2000oC. Cahaya yang dipancarkan kemerah-merahan, dan fluks cahaya spesifikasinya 3 Lm/W.
Setelah mengalami perkembangan-perkembangan yang terus maju, maka dapat dilihat bentuk akhir dari lampu pijar yang digunakan dirumah-rumah sekarang.
Cahaya yang dipanaskan lampu pijar yang dimiliki spekrum continue, kuantitas cahaya dan masing-masing warna yang dipancarkan tergantung pada suhu kawat pijarnya. Jika suhunya mencapai titik terendah, maka warna kuning dan merah akan lebih menonjol. Jika suhu yang dinaikkan maka warna-warna kawat pijar yang akan menonjol adalah biru dan ungu, jadi warna kawat pijar menjadi lebih putih. Disini dapat dilihat keuntungan-keuntungan dari lampu pijar yaitu, walaupun tegangan sumber turun lampu akan tetap menyala.
Tetapi lampu jenis ini mempunyai cahaya lampu yang cukup tajam sehingga bayangan yang tampak sangat jelas. Dalam sistem penerangan hal tersebut tidak diinginkan, oleh karena itu untuk menanggulanginya dibutuhkan beberapa sistem penerangan difus, yang mengarahkan cahaya 50 % ke bawah dana selebihnya kelangit-langit dan ke dinding.


2.4.2 Lampu tanda
Untuk mengoperasikan suatu control listrik, perlu adanya penandaan untuk kondisi-kondisi tertentu, misalnya saat kondisi beroperasi, kondisi beban lebih, kondisi manual atau otomatis.
Umumnya penandaan tersebut merupakan penandaan yang menggunakan lampu tanda atau lampu indicator. Karena digunakan sebagai lampu tanda maka daya yang dipancarkan kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar